1905, The Tjeng Tjoan dan Gerobak Kayunya

Barangkali kita pernah melihat gerobak penjual kacang tanah yang dijaja di pinggir jalan. Gerobak kacang ini biasanya muncul di orkes kawinan, layar tancap, hingga konser artis ibukota di lapangan terbuka. Mereka bersepeda ala pa’gandeng. Biasanya gerobak ini khas mengandalkan api kecil dari pelita berbahan bakar minyak tanah sebagai alat penerang. Nah, hal serupa awalnya terjadi pada Kacang Ayam, salah satu merek penganan oleh-oleh khas Makassar paling terkenal.


Semuanya bermula di Jalan Sulawesi. Pembuatan kacang ini pertamakali dilakukan tahun 1905 oleh The Tjeng Tjoan. Awalnya, The Tjeng Tjoan hanya memproduksi kacang biasa dicampur garam yang ditumbuk halus. Ia menjualnya keliling dengan gerobak kayu.
Dari jalan-jalan kota Makassar hingga di sudut-sudut pasar malam, The Tjeng Tjoan akhirnya menjajakan kacang dengan variasi rasa. Paling sering, Tjeng menjualnya di sekitar Lapangan Karebosi.
Dua puluh tahun kemudian, setelah kemasan kertas muai bermunculan di Makassar, The Tjeng Tjoan membuat inovasi dengan mengemas produksi kacang gorengnya ke dalam kemasan kertas berwarna coklat.
Pada kemasan itu masih tertera ejaan lama, 'Fabriek Katjang di Makassar The Tjeng Tjoan Merek Soei Hien Hoo, Bekroond Zilverend Medaille Pasar Malam, Templestraat 169'. Templestraat kalau diindonesiakan Jalan Klenteng nomor 169, dan kini bernama Jalan Sulawesi.
Di produksi pertama kali di Templestraat atau dulunya Jalan Klenteng, dan sekarang dikenal sebagai Jalan Sulawesi. Kini, generasi kedua keturunan The Tjeng Tjoan, Arifin Theos, meneruskan usaha ini.
Sejak tahun 1980, ketika produksi massal mulai diperkenalkan. Kacang buatan The Tjeng Tjoan merambah keluar daerah. Tjeng,  memanfaatkan kemasan berlogo ayam sebagai branding kacang Makassar.
Di masa itu juga, Kacang Disco mulai diperkenalkan. Kacang disco mengambil nama era delapanpuluhan yang trend dengan tari-tarian disco.
Di bawah bendera PT Cahaya Anugrah Sentosa, kacang ayam berkembang dengan omset Rp 500 juta perbulannya. Produksinya Kacang Disco ini di kawasan pergudangan Makassar. “Rata-rata produksi 6-7 ton per bulannya," kata Arief Taniman, manajer PT Cahaya Anugrah Sentosa.
Saat ini produksi Kacang Ayam memiliki lima jenis rasa, yaitu kacang asin, kacang telur, kacang manis, kacang rempah, dan kacang pedas. Produksi kacang ini terbatas hanya di pulau Sulawesi saja. "Kami menjaga mutu dan kualitas. Soalnya kalau mau mengirim ke Pulau Jawa, ekspedisi pelayaran yang memakan waktu berhari-hari bisa merusak kualitas kacang," kata Arifin.
Dari berbagai rasa, menurut Arifin yang paling banyak dicari pelanggan adalah jenis kacang rempah dan kacang asin. "Saya kira ini hanya persoalan selera. Lagian kualitas kacang di Makassar memang cukup dikenal di luar Makassar," katanya. Sampai sekarang di Jalan Sulawesi nomor 169, toko kacang ini masih ada. Untuk urusan kacang kemasan, Katjang Ayam memang jagonya.
Apalagi kalau menyusuri pasar oleh-oleh di Jalan Somba Opu dan Jalan Sulawesi, merek Kacang Ayam pasti bisa dibaca melalui reklame raksasa di sekitar jalan itu. Meski sekarang ada puluhan merek kacang kemasan, tapi merek Kacang Ayam masih tetap jagonya sampai sekarang.
"Rata-rata 20 bungkus per hari kacang dari berbagai merek dibeli pelanggan. Setengah di antaranya adalah kacang ayam," kata perempuan muda, pengelola Toko Ujung di Jalan Somba Opu.


(Liu Deng Baba, seorang peneliti Tanahindie)

Leave a Response